APA KATA WARREN BUFFETT TENTANG INVESTASI?
Dimulai pada abad ke 20 hingga hari ini, banyak pakar keuangan yang mencoba menawarkan berbagai strategi untuk berinvestasi. Beberapa diantaranya yang terkenal, misalnya: Harry Markowitz yang menciptakan pendekatan Modern Portfolio Theory yang pada intinya adalah diversifikasi investasi guna meminimalisir risiko. Ada lagi Benjamin Graham dalam bukunya yang berjudul “The Intelligent Investor” yang mengajarkan cara berinvestasi melalui saham yang memiliki nilai nominal lebih rendah daripada nilai intrinsiknya (value investing).
Namun yang paling dikenal saat ini sebagai “guru” investasi adalah Warren Buffett. Sebagai salah satu orang terkaya di dunia dan dianggap sebagai investor yang paling berhasil, pandangan Warren Buffett akan investasi banyak dipengaruhi oleh pemikiran Benjamin Graham, dimana Benjamin Graham merupakan dosen pengajarnya semasa bangku kuliah di tahun 1950-an.
Berikut beberapa tips investasi dari Warren Buffett yang ditulis dalam berbagai bukunya yang terkenal, antara lain “The Warren Buffett Way”, “Buffett, Making of an American Capitalist”, “The Essays of Warren Buffett”, dan lain-lain.
Menurut salah satu kisah otobiografinya, Warren Buffett mulai berinvestasi pada awal tahun 1955 di usia 25 tahun ketika baru menyelesaikan kuliahnya, dengan nilai awal USD 9.800,-. Saat ini di usia 83 tahun, nilai investasinya mencapai lebih dari USD 50 miliar. Warren Buffett sempat berkomentar, “Saya menyesal mulai berinvestasi di usia 25 tahun. Seharusnya saya mulai berinvestasi di usia lebih muda lagi.”
Mengapa investasi sedini mungkin sangat dianjurkan? Investasi sedini mungkin otomatis akan mendorong investasi jangka panjang seperti yang diuraikan pada tips #2 dibawah.
Ketika ditanya berapa lama horizon investasinya, Warren Buffett menjawab, “seumur hidup.” Tentu saja yang dimaksud Warren Buffett adalah jangka panjang. Mengapa?
Dengan investasi jangka panjang, paling tidak ada dua keuntungan:
Jangka waktu yang panjang akan memberikan kesempatan bagi hasil investasi untuk terus bergulung. Ketika anda berinvestasi secara teratur sebesar Rp. 500.000,- setiap bulannya, dengan asumsi rata-rata pertumbuhan tingkat investasi sebesar 7% per tahun, maka setelah 30 tahun investasi anda akan tumbuh menjadi Rp. 609.985.498,-. Warren Buffett pernah berkomentar, “Compound interest guarantees I’m going to get rich.”
Kita tidak akan pernah mengetahui persis kapan pasar akan naik atau turun. Oleh karena itu, investor jangan panik dan langsung keluar ketika pasar sedang turun sebab justru akan “ketinggalan kereta” ketika pasar pulih kembali. Investasi jangka panjang akan selalu memberikan kesempatan kepada portofolio untuk recovery ketika pasar sedang berfluktuasi. Contoh paling nyata adalah di tahun 2008 ketika IHSG turun sebesar -50,64% dan pulih kembali di tahun 2009 dengan kinerja melonjak +86,98%.
Dengan strategi Dollar Cost Averaging, maka investor akan memiliki disiplin investasi jangka panjang dan keputusan untuk tetap berinvestasi tidak harus terpengaruh apakah saat itu pasar sedang naik atau turun. Dollar Cost Averaging memberikan win-win solution bagi investor. Ketika market naik, maka nilai portofolionya berarti akan bertambah. Dan ketika market turun, maka investor berarti akan membeli di harga lebih murah.
Jangan terlalu terburu-buru untuk melikuidasi investasi anda. Ibarat memiliki perusahaan sendiri, anda tentu tidak akan mudah begitu saja melikuidasi perusahaan anda ketika perusahaan tersebut sedang goyah. Sebagai pemilik, mungkin justru anda akan menginjeksi modal kembali demi kepentingan perusahaan anda tersebut. Sama seperti di investasi, tindakan top-up justru direkomendasikan ketika pasar sedang turun.
Pastikan anda memperoleh informasi yang transparan atas instrumen serta cara kerja dari investasi yang anda lakukan. Jangan mudah mengambil keputusan berinvestasi hanya karena investasi tersebut diiklankan mampu memberikan return 200% per tahun, misalnya.
Inti dari pendekatan ini adalah diversifikasi dengan tujuan menyebarkan risiko. Di awal periode, susunlah alokasi investasi sesuai profil risiko anda. Di akhir periode, lakukan review dan ubah kembali bobot alokasi portofolio agar kembali seperti sedia kala (rebalancing).
Warren Buffett lebih mengutamakan portofolio yang defensif ketimbang agresif. Alasannya adalah, portofolio yang defensif akan lebih tahan menghadapi “badai” atau pasar yang berfluktuasi. Ketika era dot.com sedang booming di tahun 1999-2001, Warren Buffett sama sekali tidak tertarik untuk ke sana karena mengganggap industri dot.com terlalu agresif dan belum tentu profitable. Ketika era dot.com benar-benar runtuh di pertengahan tahun 2001, Warren Buffett mengakui portofolionya tidak terlalu terkena dampak. Dia juga menolak ketika ditawarkan saham Facebook di saat IPO tahun lalu.
Warren Buffett memfavoritkan saham defensif seperti Coca-Cola sebagai salah satu saham sektor konsumer. Dia beralasan, “Look around you. Everyone drinks Coca-Cola everyday.” Pada intinya, Warren Buffett menyukai sektor konsumer sebagai sektor yang defensif karena orang-orang tetap akan berkonsumsi terlepas dari apakah market sedang naik atau turun.
Jangan mudah mengikuti arus. Ketika para investor berbondong-bondong memburu satu jenis investasi, justru anda perlu mewaspadai akan potensi bubble di situ. Sebaliknya, ketika para investor beramai-ramai menjual instrumen investasi tertentu, maka anda dapat lebih jeli untuk membaca peluang beli (buying opportunity) yang mungkin timbul.
Selain dikenal salah satu orang terkaya di dunia, Warren Buffett juga dikenal dermawan. Di tahun 2006, Warren Buffett mendonasikan USD 37 miliar kepada Bill Gates Foundation, sebuah yayasan sosial milik Bill Gates, pemilik perusahaan Microsoft. Salah satu anak Warren Buffett pernah berujar, “Ayahku mengumpulkan investasi, kaya raya lalu memberikannya kepada orang lain yang membutuhkan. Ya, memang itulah hobinya.” Warren Buffett sendiri dalam salah satu interviewnya pernah berkata, “….. jadilah investor jangka panjang, nikmatilah hasil investasi tersebut secukupnya. Sisanya berikan kepada orang lain yang membutuhkan.”
PT Danareksa Investment Management (DIM) terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Saat ini DIM memiliki program investasi Reksa Dana secara berkala yang bernama ‘InvestasiKu Masa DepanKu’.
InvestasiKu Masa DepanKu (IMD) adalah program investasi Reksa Dana berkala secara otomatis, dimana nasabah dapat melakukan pembelian setiap bulan melalui proses transfer/autodebit secara berkala mulai dari Rp. 200.000,- per bulan pada Reksa Dana Saham dan Reksa Dana Campuran.
DISCLAIMER :
INVESTASI MELALUI REKSA DANA MENGANDUNG RISIKO. CALON PEMODAL WAJIB MEMBACA DAN MEMAHAMI PROSPEKTUS SEBELUM MEMUTUSKAN UNTUK BERINVESTASI MELALUI REKSA DANA. KINERJA MASA LALU TIDAK MENCERMINKAN MASA DATANG.